Temanggung, stainutmg.ac.id – Melalui agenda Tadarus Literasi, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAINU Temanggung melakukan bedah buku bertajuk "Dosen Penggerak Literasi: Praktik Baik Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM)" karya dosen PGMI Hamidulloh Ibda, Selasa (4/5/2021).
Dalam kesempatan itu, Ketua STAINU Temanggung Sumarjoko, M.S.I., menyampaikan sambutan bahwa kegiatan tadarus buku tersebut merupakan wahana untuk melakukan pembinaan dan latihan kepada mahasiswa berbicara dalam forum ilmiah. "Selamat Pak Ibda yang sudah menerbitkan buku dan desiminasi ini. Semoga mahasiswa ke depan dapat mengimplementasikan tradisi literasi yang baik," beber dia.
Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan …
[12:50, 5/4/2021] Pak Ibda Dosen STAINU: Prodi PGMI Tadarus Buku "Dosen Penggerak Literasi"
Temanggung – Melalui agenda Tadarus Literasi, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAINU Temanggung melakukan bedah buku bertajuk "Dosen Penggerak Literasi: Praktik Baik Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM)" karya dosen PGMI Hamidulloh Ibda, Selasa (4/5/2021).
Dalam kesempatan itu, Ketua STAINU Temanggung Sumarjoko, M.S.I., menyampaikan sambutan bahwa kegiatan tadarus buku tersebut merupakan wahana untuk melakukan pembinaan dan latihan kepada mahasiswa berbicara dalam forum ilmiah. "Selamat Pak Ibda yang sudah menerbitkan buku dan desiminasi ini. Semoga mahasiswa ke depan dapat mengimplementasikan tradisi literasi yang baik," beber dia.
Usai pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi buku oleh penulis buku Hamidulloh Ibda. Menurut dia, buku bertajuk "Dosen Penggerak Literasi: Praktik Baik Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM)" adalah buku terbitan CV. Pilar Nusantara, berjenis bunga rampai yang sudah mendapatkan Hak Cipta dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkum HAM RI pada 1 April 2021 kemarin.
Menurut Wakil Ketua I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAINU Temanggung ini, bahwa buku terdiri atas 25 tulisan dari media massa. "Ada empat bagian inti. Pertama, Haruskah Dosen Penggerak? Kedua, Dosa-dosa Literasi. Ketiga, Gerakan Mahasiswa Menulis. Keempat, Penggerak Literasi," beber Dewan Pengawas LPPL Temanggung TV tersebut.
Pihaknya menegaskan bahwa dosen penggerak yang dimaksud dalam buku itu bukan dirinya. "Meski covernya adalah foto saya, ini kebetulan yang desain saja karena bingung, lalu dipasang foto saya. Tapi yang saya maksud dosen penggerak literasi itu sosok impian, harapan, dan gaib. Namun memiliki ciri-ciri menggerakan lewat media massa, media sosial, layanan pesan, karya tulis jurnalistik, karya tulis ilmiah, karya sastra, karya digital, lembaga/NGO/ormas dan perlombaan,” beber dia.
Ibda menyebutkan aktivitasnya sejak 2008 sampai sekarang dalam menulis di media massa. Kemudian sejak 2013 juga mendirikan 19 media online, meski yang aktif tinggal 11-an. Kemudian ia juga menceritakan aktivitasnya dalam mengelola enam penerbitan, pengalaman kejuaraan dan juga aktivitas literasi dalam NGO dan juga aktivitas menjadi reviewer di jurnal ilmiah.
Di akhir pemaparan, ia menyampaikan pesan kepada mahasiswa untuk menekuni hobi yang bermanfaat. “Tidak semua hobi itu bermanfaat. Carilah hobi yang bermanfaat bagi masa depan Anda. Sebab, banyak orang dapat hidup, sibuk, mendapat ‘harta-tahta-wanita-kuota’ dari hobi yang ia tekuni. Salah satunya adalah hobi di dunia literasi yang sudah saya rasakan sejak 2008-sekarang. Riil. Bukan hoaks,” tegas dia.
Pada intinya, ia mengajak kepada mahasiswa untuk menekuni hobi yang bisa menjadi hoki. "Kuncinya adalah pembiasaan, pembudayaan, keteladanan, dan istikamah,” tegas pria kelahiran 17 Juni tersebut.
Dosen PGSD Universitas Halmahera, Jefrey Oxianus Sabarua menjelaskan bahwa pihaknya sudah membaca tuntas buku tersebut. Sebagai pembedah, ia menegaskan kekurangan dan kelebihan buku. “Saya mengenal Pak Ibda ini sebagai orang yang sudah ahli di media massa, sejak dulu ia kuliah S1 memang menekuni jurnalistik. Saya kira masih sama, namun kini perkembangannya pesat sejak ia menjadi dosen,” beber dia.
Dari sisi bahasa buku terbitan Pilar Nusantara ini sangat ringan dan santai. “Pak Ibda memiliki kelebihan membahasan sesuatu dengan mudah. Dari sisi fisik, buku ini juga ringan dibawa ke mana-mana. Kalau kita baca, buku ini lengkap karena berisi permasalahan yang di dalamnya ini adalah kegelisahan-kegelisahan penulis tentang dosa-dosa literasi seperti jual beli karya tulis ilmiah, plagiasi, dan seterunya. Namun di akhir juga ada solusi atas problematika tersebut,” beber mantan Kaprodi PGSD Universitas Halmahera itu.
Pihaknya juga mengucapkan selamat atas didapatkannya HKI yang melekat pada buku tersebut. Dijelaskan pula, kelebihan buku itu cuma satu kata yaitu keren. “Oleh karena itu, saya merekomendasi kepada mahasiswa buku ini wajib dibaca,” ajaknya.
Pembedah kedua, Kepala Pusat Bahasa, Sastra, dan Budaya (PBSB) Effi Wahyuningsih juga menyampaikan kekurangan dan kelebihan buku. “Pak Ibda secara usia memang masih yunior saya. Namun dalam aspek literasi, beliau ini adalah senior saya,” bebernya.
Pihaknya mengritisi aspek tata tulis masih ada beberapa yang typo, penulisan paragraf pendek, dan soal kaidah selingkung artikel populer dan artikel ilmiah. “Saya mengira, buku ini menceritakan beberapa dosen penggerak literasi, tapi ternyata kok hanya penulis saja. Ya, saya ketika melihat judulnya begitu, lalu diberi foto si penulisnya, maka ya sudah melekat kalau Pak Ibda memang penggerak literasi,” beber dia.
Effi juga menegaskan bahwa sebuah karya adalah harta karun dan hal itu ia sependapat dengan penulis. “Saya kira cuma saya saja yang menganggap kalau buku itu harta kekayaan. Ternyata penulis buku ini juga demikian. Makanya kalau ada orang yang pinjem buku saya, ini saya wanti-wanti. Saya pinjami nggak ya. Ketika ada orang pinjam uang atau pinjam buku, saya lebih memilih ada orang pinjam uang, karena kalau pinjam buku belum meski kembali. Dan di buku ini dijelaskan hanya orang gila yang meminjam buku dan mengembalikannya,” katanya.
Di akhir penyampaian, pihaknya juga merekomendasikan kepada mahasiswa agar bisa membaca buku tersebut.
Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) PGMI STAINU Temanggung Muhamad Khoirul Azmi menambahkan sebagai pembedah ketiga bahwa sosok Pak Ibda di mata mahasiswa tidak sekadar dosen penggerak literasi. “Namun bagi mahasiswa, Pak Ibda itu sudah wali literasi karena memang pakar di bidang ini,” katanya.
Pihaknya juga menegaskan, bahwa ada beberapa bab yang dia baca berulang kali karena saking menikmatinya. "Kalau tadi disampaikan Pak Ibda, covernya harusnya orang lain, namun bagi kami mahasiswa covernya ya harus Pak Ibda," tegas dia.
Dalam kesempatan itu hadir sejumlah mahasiswa, dosen, dan pegiat literasi dari berbagai kalangan. Usai penyampaian materi, kegiatan bedah buku itu dilanjutkan dengan diskusi dan akan dilanjutkan dengan bedah buku yang lain karya mahasiswa dan dosen Prodi PGMI STAINU Temanggung. (*)