
Temanggung, stainutmg.ac.id – Prodi PGMI Selenggarakan Tadarus Buku Karya Mahasiswa PGMI STAINU Temanggung secara daring pada Senin (3/5/2021). Dalam kesempatan itu, Wakil ketua I Bidang Akademik dan kemahasiswaan, Kaprodi, Sekprodi, dosen dan mahasiswa PGMI, serta peserta tadarus buku yang di bawakan oleh Mahasiswa, PGMI Amad Gufron.
Bedah buku potret seni dan tradisi di Temanggung dan Magelang karya Novia Sari M, dkk tersebut secara daring diulas oleh Lestiyono Rambat, S.Sn LESBUMI MWC Kandangan, Eka Mahargiyani R, M.Pd, dan Munawaroh.
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan STAINU Temanggung, Hamidulloh Ibda, M.Pd Mewakili ketua STAINU Temanggung turut membuka rangkaian acara tadarus buku tersebut. Dalam sambutanya, Hamidulloh Ibda, M.Pd meyampaikan prinsip paradigma antropologi. “ada local knowledge, local genius, dan local wisdom yang diperlukan dalam rangka melihat seni secara utuh, sehingga agama juga membutuhkan budaya, ini menjadi satu tarikan nafas yang tidak bisa dipisahkan.“
Novia Sari Melati mendeskripsikan latar belakang penulisan, isi buku potret seni dan tradisi di Temanggung dan Magelang. “buku ini merupakan produk mata kuliah yang diajar oleh kaprodi kami. Buku ini akan memberikan wawasan kepada kita terkait seni dan tradisi di Temanggung dan Magelang yang memiliki kekayaan budaya yang luar biasa.”
Buku tersebut kemudian dibedah oleh Lestiyono Rambat, S.Sn delegasi dari LESBUMI MWC Kandangan, pihaknya menyampaikan 3 sudut pandang yaitu, pertama, peristiwa ruang dan waktu yang dilaksanakan di setiap daerah. Kedua, penanda peristiwa awal kejadian yang merupakan akumulasi dari keistiqomahan seorang dalam riyadhoh. Ketiga Pelaksanaan upacara yang dilaksanakan secara turun temurun sampai hari ini.
Selanjutnya Dosen PGMI, Eka Mahargiyani R, M.Pd, menyampaikan analisis dalam penulisan konten buku tersebut, dan korelasi warok selopampang dengan sejarahnya. Mahasiswa PGMI, Munawaroh juga turut memberikan gambaran fenomena sekarang, banyak yang mengetahui apa yang terlihat saja, belum memahami secara mendalam terkait sejarah yang melatar belakangi seni dan tradisi yang ada di Temanggung dan Magelang.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi, kegiatan diskusi tersebut sangat interaktif, banyak mahasiswa dan dosen yang berpartisipasi dalam kesempatan itu. Sebelum kegiatan diakhiri kaprodi PGMI menambahkan dalam memahami seni diperlukan beberapa cara pandang. “Seperti yang dulu pernah disampaian oleh Prof. Suwaji Bastomi, memahami seni diperlukan aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru terhadap fenomena yang ada disekitar kita. Seperti yang terjadi di kampung saya, ada tradisi nyadran yang dilaksanakan pada Jum’at legi. Waktu kecil, saya heran kenapa di hari Jum’at legi, saat itu langusung menanyakan kepada kakek yang waktu itu masih hidup. Menurutnya “Jumat iku 6, legi iku 5, lan cacahe 11 utawa 1 lan 1. Pralambang manunggaling rasa tuwin karsa dhiri kita mung konjuk Gusti Allah kang Maha Wisasa”. kemudian kita akan tersadar.
“Pelaksanaan tradisi yang ada disekitar kita erat kaitannya dengan nilai sufistik ada gotong royong, kerinduan, media instropeksi diri, memohon ampun dan tidak berlebihan terhadap apa yang kita miliki. Harapan kami, mahasiswa PGMI mampu melestarikan budaya adiluhung, hal ini tidak hanya dipandang sebelah mata namun juga diperlukan penguatan dari sisi batiniah, sehingga kelak mahasiswa ora kelangan obore.” Papar Gandi. (NSM)