
Temanggung, stainutmg.ac.id – Agama merupakan sesuatu yang sudah sempurna karena datangnya dari Tuhan yang Maha Sempurna. Namun cara setiap orang dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama memiliki perbedaan. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam menafsirkan pesan-pesan agama sehingga muncul keragaman. Jika pemahaman dan penafsiran yang muncul tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tentu akan terjebak pada pemahaman yang berimplikasi pada tindakan yang berlebih-lebihan. Inilah yang kemudian dinamakan sebagai beragama yang ekstrem. Persoalan ini mengemuka dalam diskusi cangkruk secangkir yang digelar di Kodim 0706 Temanggung Sabtu 13 Maret 2021.
Dalam kegiatan yang dipandu oleh pengurus FKUB Kabupaten Temanggung Gus Ahmad Syarif Yahya itu dikaji secara historis munculnya akar radikal dalam beragama. " Dalam sejarah Islam munculnya radikalisme sejak terbunuh nya Sahabat Ali Bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam,. Sejak saat itu friksi friksi muncul ada yang berhaluan kiri dan berhaluan kanan. " Papar Gus Yahya memulai diakusi.
Munculnya Kelompok-kelompok pembangkang seperti kaum khawarij menjadi indikasi munculnya kekerasan beralasan agama. Dan dalam fase berikutnya adanya sistem kekhalifahan mulai dari muawiyah, Abasiyah sampai turki Usmani selalu dipenuhi dengan gerakan radikalisme.
Selanjutnya dalam sejarah Islam di Indonesia gerakan radikalisme muncul secara masif dalam dekade terahir ini.persoalan perbedaan penafsiran ayat secara tekstual dan kontekstual menjadi pemicu gerakan radikalisme di Indonesia.
Oleh karena itu menurut Ketua MUI kabupaten temanggung KH Yacub Mubarok diperlukan kesadaran kolektif segenap umat beragama dalam membangun moderasi beragama. "Islam datang sebagai rahmatan lil alamien harus diimplementasikan secara luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara." Kata Ulama yang juga sebagai Rais Syuriah PCNU Temanggung itu.
Selanjutnya disampaikan bahwa untuk mewujudkan moderasi diperlukan sikap seperti rumput. "Rumput mempunyai kekuatan akar yang luar biasa, tidak mudah mati walau terpapar panas . Saat batangnya menguning semua, rumput akan segera hijau begitu datang hujan." Lanjutnya.
Demikian juga kalau umat islam mempunyai kekuatan akar beragama yang kuat, tidak akan mudah menyalahkan bahkan mengkafirkan orang lain yang tidak seidiologi. Dalam diskusi yang dihadiri Dandim 0706, Kapolres Temanggung, ketua STAINU Temanggung dan seluruh anggota cangkruk itu berlangsung penuh canda dan tawa dengan tetap serius dalam membahas persolan yang menjadi topik diskusi.
Dalam memberikan pengantar acara Nur Makhsun selaku presiden cangkruk menyampaikan bahwa forum seperti ini akan menjadi wahana komunikasi dan silaturahmi antara para kyai, ulama dan komponen masyarakat lain untuk menciptakan situasi yang kondusif di tengah persoalan sosial ekonomi akibat pandemi.
Menurut Letkol Kurniawan selaku Dandim 0706 Temanggung pihaknya menyambut baik kegiatan cangkruk yang memberikan ilmu baru yang bermanfaat, disamping sebagai ajang silaturahmi. "Kami sangat berterima kasih kepada para ulama, kyai,gus , tokoh masyarakat lain yang berkenan ikut memberikan konstribusi positif bagi keamanan dan ketertiban keamanan di Temanggung." Uangkapnya.